Cover
DPW BKPRMI SULAWESI SELATAN (45 x 13 cm)_
WhatsApp Image 2022-06-11 at 13.00.23
previous arrow
next arrow
OPINI  

BAKTIKU PADAMU IBU

Kedudukan ibu sebagai pendidik utama dan pertama dalam kehidupan keluarga. Peran seorang ibu menentukan masa depan putra-putrinya. Tetasan air mata, tetesan keringat, tanpa ada rasa lelah seorang ibu membimbing, menjaga, mendampingi putra-putri untuk dapat menjadi anak yang berbakti sukses dunia akhirat.

Dr. Muhammad Saleh, M.Ag.
Ketua DPW BKPRMI Sulsel
Dosen IAIN Parepare
Ketua Majelis Anak Shaleh Kota Parepare

 

BKPRMISULSEL.ID | OPINI – Hari ibu setiap tahun bertepatan 22 desember diperingati dengan berbagai macam kegiatan yang memberdayaan. Muncullah berbagai ucapan yang berkenan dengan ibu. Wujud bakti seorang pada ibunya. Wujud kecintaan anak pada ibunya. Walau seharusnya tidak menunggu moment hari ibu.
Tahukah Anda?

Peringatan Hari Ibu di negeri ini diterapkan sejak era pemerintahan Presiden Soekarno. Sejarah tanggal 22 Desember yang kemudian ditetapkan sebagai tanggal Hari Ibu berdasarkan peristiwa pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 – 25 Desember 1928, beberapa bulan setelah Kongres Pemuda yang mencetuskan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Kongres tersebut dihadiri tidak kurang 600 perempuan dari berbagai organisasi dengan latar belakang, suku, agama, pekerjaan, usia yang berbeda-beda.

Organisasibperempuan yang terlibat antara lain Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, Wanita Moeljo, Darmo Laksmi, Wanita Taman Siswa, juga sayap perempuan dari berbagai organisasi pergerakan seperti Sarekat Islam, Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain.

Selain itu, para perwakilan dari perhimpunan pergerakan, partai politik, maupun organisasi pemuda juga datang ke Kongres Perempuan Indonesia perdana ini, termasuk wakil dari Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, Partai Nasional Indonesia (PNI), Jong Java, Jong Madoera, Jong Islamieten Bond, dan seterusnya. (Susan Blackburn dalam buku Kongres Perempuan Pertama, 2007)

Ketua Panitia Kongres Perempuan Indonesia I R.A. Soekonto dalam sambutannya mengatakan:
“Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, zaman ini sudah waktunya mengangkat derajat kaum perempuan agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa laki-laki dan perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum.”

“perempuan tidak [lantas] menjadi laki-laki, perempuan tetap perempuan, tetapi derajatnya harus sama dengan laki-laki, jangan sampai direndahkan seperti zaman dahulu.”

Selain diisi dengan pidato atau orasi tentang kesetaraan atau emansipasi wanita oleh para tokoh perempuan yang terlibat, kongres ini juga menghasilkan keputusan untuk membentuk gabungan organisasi wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI).

Itulah sekelumit latar belakang diperingatinya Hari Ibu untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan yang dikenal istilah emansipasi perempuan dan saat ini lebih di kenal kesetaraan gender.

Moment peringatan hari ibu saat ini lebih variatif kegiatannya. Untuk tahun 2022 ini mengangkat tema PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Tema ini menginspirasi untuk semakin meningkatkan kualitas SDM kaum perempuan.

Selain itu, peringatan hari Ibu dijadikan sebagai waktu untuk dapat memberi penyadaran kepada putra-putri bangsa untuk mengingat-ingat betapa berat perjuangan seorang ibu.

Kedudukan ibu sebagai pendidik utama dan pertama dalam kehidupan keluarga. Peran seorang ibu menentukan masa depan putra-putrinya. Tetasan air mata, tetesan keringat, tanpa ada rasa lelah seorang ibu membimbing, menjaga, mendampingi putra-putri untuk dapat menjadi anak yang berbakti sukses dunia akhirat.

Ridha Allah swt. tergantung pada ridha ibu bapak, murka Allah swt. Tergantung pada murka kedua orangtuanya. Bahkan surga berada di bawah telapak kaki ibu. Apalagi alasan seorang anak untuk tidak mau berbakti pada orangtuanya.

Agama telah mengajarkan bakti seorang anak pada orangtuanya. Walau orangtua tidak seiman dan seaqidah. Bakti kepada orangtua bukan memberinya harta atau materi tetapi memberinya kebahagiaan.

Di dalam surat Luqman ayat 14, Allah SWT Berfirman: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Wujud bakti anak pada orang tua bisa dilakukan dengan mematuhi Nasehat dan perintah orangtua, selama perintah itu bukan kemaksiatan dan mensyarikatkan Allah swt. Tidak ada orangtua yang mengarahkan anaknya kepada keburukan.

Wujud bakti anak pada ibu bapak, senantiasa bertutur kata yang lembut, tidak menghardik dan membentak orangtua. Seorang anak yang meneteskan air mata ibu karena kesedihan dan perlakuan buruk anaknya akan merakibat menjadi anak durhaka.

Wujud bakti anak pada ibu, senantiasa merawat, menjaga dengan penuh ketabahan dan keikhlasan. Tetesan air susu ibu tidak akan terbayar dengan materi. Apabila orangtua sudah uzur jangan terbesik dalam pikiran untuk menitipkan orang tua pada panti jompo.

Wujud bakti seorang anak terhadap orangtua, yaitu dengan senantiasa mendoakannya untuk diberi perlindungan, kebahagaiaan, dan keselamatan dunia akhirat. Dengan do’a: “Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta berbelaskasihlah kepada mereka berdua seperti mereka berbelas kasih kepada diriku di waktu aku kecil.”

Saat orangtua terbaring sakit, jaga dan rawat disertai doa; “Ya Allah, Rabb Manusia dan alam semesta, hilangkanlah kesusahan dan berikanlah dia kesembuhan, Engkau Dzat Yang Maha Menyembuhkan.
Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.”

Saat orangtua kita sakit berat dengan ketabahan, kesabaran disertai keikhlasan merawatnya seraya berdo’a: “Ya Allah, Sembuhkanlah penyakitnya jika itu lebih baik baginya. Dan cabutlah nyawanya jika kematian itu lebih baik baginya.”

Demikian pula tatkala orangtua lebih dulu menghadap sang Ilahi rabbi sebagai anak yang berbakti tidak terputus doa yang juga merupakan amal jariyah orang tua kita yang terputus senantiasa didambakan untuk menerangi cahaya alam kuburnya. Dengan doa; “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah, bebaskanlah, lepaskanlah kedua orang tuaku.

Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, bersihkanlah kedua orang tuaku dengan air yang jernih dan sejuk.

Dan bersihkanlah kedua orang tuaku dari segala kesalahan seperti baju putih yang bersih dari kotoran.
Dan gantilah tempat tinggalnya dengan tempat tinggal yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkannya juga.
Masukkanlah kedua orang tuaku ke surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya, dan siksa api neraka.”

Ditambahkan pula doa permohonan ampunan; “Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah keduanya sebagaimana beliau berdua merawatku ketika aku masih kecil, begitu juga kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat, semua orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan ikutkanlah diantara kami dan mereka dengan kebaikan.

Ya Allah, berilah ampun dan belas kasihanilah karena Engkaulah Tuhan yang lebih berbelas kasih dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Mu.

Demikianlah mengaktualisasikan bakti seorang anak pada ibu bapak dengan senantiasa menyadari bahwa apapun aktivitas kita saat itu tiada lain merupakan hasil dari kerja keras orangtua kita dalam mendidik, mengarahkan, memotivasi dan melindungi anak-anaknya.

Momen 22 desember sebagai hari Ibu mari jadikan sebagai wadah untuk lebih mendekatkan diri pada orangvtua. Jadikan nasehat orangtua sebagai ringtone yang senantiasa berbunyi dan bergema sampai pada lubuk hati yang terdalam.

Jangan sekali-kali membantah dan menyakiti hati orang tua. Rasullah saw. bersabda:  “Ridho Allah SWT bergantung dari ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua,” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Bakti kepada orang tua memang selalu digandengkan dengan wujud ketaatan kepada Allah SWT. Hal ini dibuktikan dari firmanNya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua…” (Qs. Annisa: 36)

Selamat Hari Ibu 22-12-22, PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU (Media Center BKPRMI Sulawesi Selatan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *