KH. Hasid Hasan Palogai, SH., MA.
Ketua Umum DPW BKPRMI Sulawesi Selatan
BKPRMISULSEL.ID | OPINI – Dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 27 – 32, Allah SWT meminta Nabi Muhammad SAW menceritakan kisah Habil dan Qabil, merupakan putra dari Nabi Adam AS dan St. Hawa, keduanya masing-masing memiliki saudara kembar perempuan. Demikian itu yg menjadi ketentuan awal terjadinya proses berkembang biaknya keturunan umat manusia di muka bumi.
Syariat awalnya adalah masing-masing dipasangkan dengan saudari kembar dari saudara laki-lakinya sebagai suami-istri, Habil mendapatkan saudari kembar dari Qabil, dan saudari kembar Habil dipasangkan dg Qabil. Namun, Qabil protes atas syariat ini, dia ingin agar dinikahkan dengan saudari kembarnya sendiri. Rupanya saudari kembar Qabil jauh lebih cantik dibanding saudari kembarnya Habil.
Disinilah ujian awal manusia, diuji dengan kesabaran dan kepatuhannya terhadap aturan. Agar tetap bisa mendapatkan saudari kembarnya sendiri, maka jalan satu-satunya adalah dengan menyingkirkan Habil yang menyimpulkan harus membunuhnya, “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al Maidah ayat 28).
Kisah Habil dan Qabil tersebut merupakan peristiwa perebutan wanita cantik oleh dua pria yang berujung pada pembunuhan diantara keduanya.
Demikian dahsyatnya pengaruh wanita, sehingga seseorang bisa buta dan hilang perasaan kemanusiaannya, walau orang tersebut adalah orang yang sangat dekat. Nafsu yang menggelora tersebut bisa berujung pada kerugian yang berkepanjangan dan selamanya, “Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian diapun (benar-benar) membunuhnya maka jadilah dia termasuk orang yang rugi” (QS Al Maidah ayat 30).
Untuk mengubur borok dari kejahatan yang telah dilakukan oleh Qabil, maka Allah mengutus seekor burung gagak untuk mengubur mayat manusia : “Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku ! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini ?” Maka jadilah dia termasuk org yg menyesal” (QS Al Maidah ayat 31).
Demikianlah biasanya yg terjadi, nafsu yang tidak terkendali berujung pada penyesalan.
Begitu berharganya nyawa seorang manusia, sehingga Allah SWT mengingatkan sejak awal bahwa membunuh seseorang sama halnya membunuh semua orang. Demikian pula sebaliknya, orang yang memelihara hidup seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia (QS Al Maidah ayat 32).