Dr. Amruddin AE
Ketua DPW BKPRMI Sulsel
Dosen Unismuh Makassar)
Bulan Ramadan diturunkan Al-Quran, petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk itu dan sebagai pembeda (QS.Al-Baqarah ayat 185)
BKPRMISULSEL.ID | OPINI – Ketika Ramadan belum mencapai puncak, saat itu usai taraweh di Masjid dekat rumah, seorang Bapak menyapa berkeluh merasakan bahwa jamaah sudah berkurang. Kami menimpali bahwa beberapa Masjid pun sekeliling kita faktanya demikian
Imam Al-Gazali menjelaskan dalam Ihya Ulumuddin bahwa orang berpuasa terdapat tiga tingkatan. Pertama disebut puasa orang awam atau shaumul umum. Tingkatan puasa ini biasa dilakukan oleh orang kebanyakan atau sudah menjadi kebiasaan umum. Biasa-biasa sahaja atau mungkin disebut good. Praktik puasa yang dilakukan ditingkatan ini sebatas gugur kewajiban, menahan lapar dan haus serta hal-hal yang membatalkan puasa secara syariat.
Kedua puasanya orang khusus. Disebut juga puasanya orang-orang spesial. Tingkatannya naik menjadi very good. Seseorang berpuasa lebih dari sekedar menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan puasa. Kategori ini seseorang berpuasa mereka juga menahan pendengaran, penglihatan, lisan, kaki, tangan dan seluruh anggota badan.
Ketiga puasa orang yang super khusus. Ini tingkatan paling tinggi, inilah praktik puasanya orang-orang istimewa, excellent. Mereka tidak hanya menahan diri dari maksiat tetapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah serta menjaga diri dari berpikir sepada selain Allah.
Sosiologi termasuk rumpun ilmu-ilmu sosial yang mengambil masyarakat sebagai objeknya. Litaratur menyebut Auguste Comte seorang berkebangsaan Prancis sebagai bapak sosiologi. Namun cendekia Ibnu Khaldun sudah jauh-jauh hari memperkenalkan tentang jatuh-bangunnya masyarakat lewat karyanya Mukaddimah, bapak pendiri historiografi, sosiologi dan ekonomi.
Kita banyak tokoh penemu muslim kaliber, namun seperti terlupakan, sebutlah seperti Ibnu Rusyd yang dikenal di barat sebagai Averroes. Al-Khawarizmi yang mendapat julukan Bapak aljabar modern, Ibnu Sina yang dikenal sebagai Avicenna.
Kemenangan lain kapitalis apa yang sudah mendarahdaging pengetahuan kita bahwa kalo terlambat makan maka bisa menyebabkan maag, tetapi berpuasa dengan rentang 13 jam antara imsak-berbuka, kita malah Alhamdulillah sehat.
Seperti individu yang dapat diamati pada aspek ruhani dan jasmani maka masyarakat dibedah pada aspek kultural dan struktur. Bisajadi kebiasaan masyarakat dimana-mana full house di awal-awal Ramadan berbanding terbalik dengan dipengujung Ramadhan pusat perbelanjaan yang padat-merayat menjadi fenomena khas Indonesia. Era digitalisasi, era industry 4.0, era society 5.0 atau apapun itu menuntut masyarakat selalu bertabayyun terhadap berbagai informasi. Masyarakat mesti waspada terhadap berita ghibah, hoax dan kawan-kawannya. Food, fashion, fun tidak islami, begitu kencang ditangan para pengguna gadget, meminjam istilah Baudrillard masyarakat konsumsi, Ritzer menyebutnya Mc.Donaldisasi.
Dipanggil berpuasa sejatinya adalah orang beriman (QS.2:183), ketika puasa kita dilatih untuk menahan hal-hal halal untuk tidak dikerjakan dan betapa tertibnya masyarakat ketika usai Ramadan bisa menghindari perbuatan haram. Jika sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari peran, sejarah, perkembangan dan tema universal dari agama di dalam masyarakat. Tulisan ini seperti judulnya ingin memperkenalkan sosiologi puasa.
Belopa, 23 Ramadan 1444H