Cover
DPW BKPRMI SULAWESI SELATAN (45 x 13 cm)_
WhatsApp Image 2022-06-11 at 13.00.23
previous arrow
next arrow
OPINI  

Sedih Berbaju Taqwa

Bulan Ramadan adalah bulan perjuangan, Nabi Muhammad pernah mengalami perang saat bulan suci diantaranya perang Badar dan Khandaq

Dr. Amruddin AE
Ketua DPW BKPRMI Sulsel
Dosen Unismuh Makassar

Wahai orang-orang yang beriman, jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka
(QS.At-Tahrim ayat 6)

BKPRMISULSEL.ID | OPINI — Di ujung puasa, program RAM atau Ramadan Andalan Mengaji bergulir. Tentu suatu kebahagian tersendiri, BKPRMI membersamai Diknas dan Kesra Prov.Sulsel dalam program tersebut. Setelah launcing di SMK 2 Makassar oleh Gubernur, kami mendapat tugas memantau progress RAM di 24 Kabupate/Kota khususnya di Kabupaten Bantaeng dan Kota Palopo. Penutupan berlangsung hybrid di SMA 2, berbagai evaluasi baik secara daring maupun laring menjadi bahan perbaikan. Seorang petinggi Diknas menyatakan program perdana biasa selalu ada plus-minus.

Awalnya disasar 40.000 siswa SMA dengan kategori mengaji terbata-bata atau tidak lancar kemudian membengkak menjadi 70.000 siswa dengan mengikutkan SMK se-Sulsel. Seiring persiapan sejak Dalton hingga zoom akbar di JK-Panrita Centre, diingatkan para guru ngaji atau 1.800 narasumber BKPRMI bahwa waktu sepekan itu belum akan mampu menuntaskan capaian 100%, disinilah urgensi terbentuknya TQA plus.

Ditengah perjalanan pemantauan ke Luwu Raya, kami menginap di Belopa. Sewaktu menjelang buka puasa Jumat (23 Ramadan) didaulat membawa kultum, Surah At-Tahrim di atas menjadi closing. Penting mengingatkan karena ditempat itu para ibu datang bersama anak-anaknya, selama Ramadan dikediaman ketum BKPRMI Luwu atau terkenal sebagai Zidanne School Indonesia tersebut berlangsung diskusi-diskusi tentang parenting. Proses tumbuh-kembang anak-anak usia dini kemudian masuk TK/TPA, tidak ada keraguan terhadap literasi Quran, namun seiring beranjak remaja, apakah mereka masih akrab dengan Al-Quran? jawabnya kembali kepada para orangtua.

Bulan Ramadan adalah bulan perjuangan, Nabi Muhammad pernah mengalami perang saat bulan suci diantaranya perang Badar dan Khandaq. Proklamasi negara kita juga berlangsung dibulan tersebut (9 Ramadan 1364 hijriah). Bulan ini, Al-Quran turun (17 Ramadan) sebagai pedoman dan pembeda antara yang hak dan batil. Sepuluh hari terakhir terdapat satu malam mulia (malam ganjil antara 21, 23, 25, 27 Ramadan) yakni lailatul qadr. Kita sedih jikalau ada diantara kita, orangtua dan remaja yang tidak membuka, membaca sehelaipun dari kitab suci, apalagi hanya karena alasan masih terbata-bata.

Ada dua kegembiraan orang yang berpuasa, yakni ketika berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya. Kata netizen ketika Masjid mulai kosong, bahwa pemakmurknnya adalah tamu Tuhan, kita tak usah nyingir. Ada kebiasaan masyarakat ketika lebaran berpakaian taqwa, orang seperti terlahir kembali menjadi bersih tanpa dosa seperti bayi. Kita sedih karena Ramadan berakhir, pun tidak ada jaminan tahun depan, bertemu kembali tamu agung ini. Kebiasaan-kebiasaan baik selama bulan suci Ramadan mesti dilanjutkan, seperti bertingkah laku jujur. Negri ini akan baik-baik saja bukan karna banyak profesornya tetapi dikarenakan masyarakatnya bergelimang kejujuran.

Ulama-ulama terdahulu membiasakan berbulan-bulan, atau tepatnya enam bulan lamanya berdoa semoga seluruh amal-ibadah diterima Tuhan kemudian enam bulan selanjutnya bermohon doa semoga kembali dipertemukan bulan penuh berkah ini. Doa yang acapkali terdengar dilantungkan imam, Allahumma barik lana fii rajab wa syaban wa balliqna Ramadan. Kita mengakhiri Ramadan dengan mengemakan takbir, tidak boleh ada kaum papa yang bersedih di hari tersebut. Jika ditulis berderet, masih banyakkah kesedihan itu ? wallahua’lam. Tulisan ini berakhir dengan ucap, taqabalallaahu minna wa minkum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *